tugas 3
A. Pentingnya Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam
definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Pentingnya Motivasi
sebenarnya seberapa penting sih motivasi untuk kelangsungan hidup,
bisnis, cita-cita. Dan bahkan banyak orang yang mau membayar jutaan
untuk mengikuti seminar motivasi. Setiap orang butuh sebuah suntikan
mental dan energy dari dalam agar bisa bertahan di dalam menjalani
proses hidup yang banyak tikungan dan jurang kegagalan tapi jangan
menyerah karena hidup memberikan yang kita inginkan apapun itu jika kita
percaya dan berusaha.
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan. Motivasi bukanlah sesuatu yang dapat diamati,
tetapi merupakan hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu
perilaku yang tampak.
Motivasi merupakan masalah yang kompleks dalam organisasi karena
kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi adalah berbeda-beda.
Dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda .
- a. Pentingnya Motivasi
Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kegiatan perlu adanya
motivasi agar kegiatan itu berjalan dengan lancar sesuai keinginan dan
mendapatkan hasil yang maksimal. Motivasi merupakan dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dengan adanya motivasi kinerja kegiatan akan terlihat
apakah kita bekerja maksimal atau tidak dan tentunya akan berdampak
hasil yang didapat. Banyak sekali faktor-faktor yang membuat kita
menjadi malas dalam melakukan sesuatu. Misalnya dalam melakukan
pekerjaan kita mendapat upah kecil, sedangkan usaha yang kita berikan
kepada perusahaan sangat besar sehingga membuat kita tidak semangat lagi
untuk bekerja di perusahaan itu. Kegagalan yang kita dapatkan saat
nilai ujian kita jauh dari hasil yang ingin kita capai, membuat
mahasiswa itu tidak bersemangat lagi dalam menjalani perkuliahan .
- b. Pandangan Motivasi dalam organisasi
Perkembangan teori manajemen juga mencakup model – model atau teori – teori motivasi yang berbeda – beda. Berikut ini akan dibahas tiga diantara model – model motivasi dengan urutan atas dasar kemunculannya, yaitu model tradisional, model hubungan manusiawi, dan model sumber daya manusia. Pandangan manajer yang berbeda tenang masing – masing model adalah penentu penting keberhasilan mereka dalam mengelola karyawan. Perbandingan antara ketiga model tersebut secara ringkas dapat dilihat sebagai berikut.
Model TradisionalModel tradisional dari motivasi berhubungan dengan Frederick Taylor dan aliran manajemen ilmiah. Model ini mengisyaratkan bahwa manajer menentukan bagaimana pekerjaan – pekerjaan harus dilakukan dan digunakannya system pengupahan insentif untuk memotivasi para pekerja – lebih banyak berproduksi, lebih banyak menerima penghasilan.
Pandangan Tradisional menganggap bahwa para pekerja pada dasarnya malas, dan hanya dapat dimotivasi dengan penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi pendekatan ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efesiensi, karyawan yang dibutuhkan untuk tugas tertentu dapat dikurangi. Lebih lanjut, manajer mengurangi besarnya upah insentif. Pemutusan hubungan kerja menjadi biasa dan pekerja akan mencari keamanan atau jaminan kerja daripada hanya kenaikan upah kecil dan sementara.
Model Hubungan ManusiawiBanyak praktek manajemen merasakan bahwa pendekatan tradisional tidak memadahi. Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak – kontak social karyawan pada pekerjaannya adalah juga penting dan bahwa kebosanan dan tugas – tugas yang bersifat pengulangan adalah factor – factor pengurang motivasi. Mayo dan lain – lainnya juga percaya bahwa manajer dapat memotivasi bawahan melalui pemenuhan kebutuhan – kebutuhan social mereka berguna dan penting.
Sebagai hasilnya, para karyawan diberi berbagai kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dalam pekerjaannya. Perhatian yang lebih besar diarahkan kepada kelompok – kelompok kerja organisasi informal. Lebih banyak informasi disediakan untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi organisasi.
Model Sumber Daya ManusiaKemudian para teoritis seperti Mc. Gregor dan Maslow, dan para peneliti seperti Argyris dan Likert, melontarkan kritik kepada model hubungan manusiawi, dan mengemukakan pendekatan yang lebih “sophisticated” untuk memanfaatkan para karyawan. Model ini menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak tidak hanya uangatau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka beralasan bahwa kebanyakan orang telah dimotivasi untuk melakukan pekerjaan secara baik dan bahwa mereka tidak secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan. Mereka mengemukakan bahwa para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik. Jadi, para karyawan dapat diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan – keputusan dan pelaksanaan tugas – tugas.
Para manajer dapat menggunakan model motivasi hubungan manusiawi dan sumber daya manusia secara bersama. Dengan bawahannya manajer cenderung menerapkan model hubungan manusiawi. Mereka mencoba untuk mengurangi penolakan bawahan dengan perbaikan moral dan kepuasan. Bagi dirinya sendiri, manajer akan lebih menyukai model sumber daya manusia. Mereka merasa kemampuannya tidak digunakan secara penuh oleh sebab itu mereka mencari tanggung jawab yang lebih besar dari atasan – atasan mereka
Model TradisionalModel tradisional dari motivasi berhubungan dengan Frederick Taylor dan aliran manajemen ilmiah. Model ini mengisyaratkan bahwa manajer menentukan bagaimana pekerjaan – pekerjaan harus dilakukan dan digunakannya system pengupahan insentif untuk memotivasi para pekerja – lebih banyak berproduksi, lebih banyak menerima penghasilan.
Pandangan Tradisional menganggap bahwa para pekerja pada dasarnya malas, dan hanya dapat dimotivasi dengan penghargaan berwujud uang. Dalam banyak situasi pendekatan ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efesiensi, karyawan yang dibutuhkan untuk tugas tertentu dapat dikurangi. Lebih lanjut, manajer mengurangi besarnya upah insentif. Pemutusan hubungan kerja menjadi biasa dan pekerja akan mencari keamanan atau jaminan kerja daripada hanya kenaikan upah kecil dan sementara.
Model Hubungan ManusiawiBanyak praktek manajemen merasakan bahwa pendekatan tradisional tidak memadahi. Elton Mayo dan para peneliti hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak – kontak social karyawan pada pekerjaannya adalah juga penting dan bahwa kebosanan dan tugas – tugas yang bersifat pengulangan adalah factor – factor pengurang motivasi. Mayo dan lain – lainnya juga percaya bahwa manajer dapat memotivasi bawahan melalui pemenuhan kebutuhan – kebutuhan social mereka berguna dan penting.
Sebagai hasilnya, para karyawan diberi berbagai kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dalam pekerjaannya. Perhatian yang lebih besar diarahkan kepada kelompok – kelompok kerja organisasi informal. Lebih banyak informasi disediakan untuk karyawan tentang perhatian manajer dan operasi organisasi.
Model Sumber Daya ManusiaKemudian para teoritis seperti Mc. Gregor dan Maslow, dan para peneliti seperti Argyris dan Likert, melontarkan kritik kepada model hubungan manusiawi, dan mengemukakan pendekatan yang lebih “sophisticated” untuk memanfaatkan para karyawan. Model ini menyatakan bahwa para karyawan dimotivasi oleh banyak tidak hanya uangatau keinginan untuk mencapai kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan yang berarti. Mereka beralasan bahwa kebanyakan orang telah dimotivasi untuk melakukan pekerjaan secara baik dan bahwa mereka tidak secara otomatis melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan. Mereka mengemukakan bahwa para karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang baik. Jadi, para karyawan dapat diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan – keputusan dan pelaksanaan tugas – tugas.
Para manajer dapat menggunakan model motivasi hubungan manusiawi dan sumber daya manusia secara bersama. Dengan bawahannya manajer cenderung menerapkan model hubungan manusiawi. Mereka mencoba untuk mengurangi penolakan bawahan dengan perbaikan moral dan kepuasan. Bagi dirinya sendiri, manajer akan lebih menyukai model sumber daya manusia. Mereka merasa kemampuannya tidak digunakan secara penuh oleh sebab itu mereka mencari tanggung jawab yang lebih besar dari atasan – atasan mereka
2. Teori – Teori Motivasi
Teori Hierarki Kebutuhan, menurut maslow didalam diri setiap manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu:
– faali (fisiologis)
– Keamanan, keselamatan dan perlindungan
– Sosial, kasih saying, rasa dimiliki
– Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
– Aktualisasi-diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.
Jadi jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, menurut maslow,
pimpinan perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah bawahan
dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan
dia atas tingkat itu.
• Teori X dan Y , teori yang
dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan bahwa dua pandangan
yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negative (teori
X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu,
dan yang lain positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi
individu.
• Teori Motivasi – Higiene,
dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori
kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua factor itu
dinamakan factor yang membuat orang merasa tidak puas atau factor-faktor
motvator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang
yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut
pemuas atau motivator yang meliputi:
– prestasi (achievement)
– Pengakuan (recognition)
– Tanggung Jawab (responsibility)
– Kemajuan (advancement)
– Pkerjaan itu sendiri ( the work itself)
– Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)
• Teori kebutuhan McClelland, teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan:
– prestasi (achievement)
– Kekuasaan (power)
– Afiliasi (pertalian)
• Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari
suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan
diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran
tersebut bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang
karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia
meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik,
suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran
organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran
itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
• Teori Keadilan, teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa
orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil
dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari
organisasi
• Reinforcement theory, Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive
atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana
konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang
akan dating dalam proses pembelajaran.
Teori-teori Isi
Memusatkan pada penyebab perilaku terjadi dan berhenti yang terpusat
pada kebutuhan, motif yang mendorong, menekan, memacu dan menguatkan
karyawan melakukan kegiatan, juga berhubungan dengan faktor-faktor
eksternal yang berupa insentif yang menyarankan, mendorong, menyebabkan
dan mempengaruhi untuk melaksanakan suatu kegiatan. Penekanannya pada
pengertian faktor-faktor internal dan kebutuhan. Ada tiga macam teori
yang dipakai dalam teori isi, antara lain :
1. Hirarki kebutuhan Maslow
Menekankan pada kebutuhan manusia yang tersusun dalam bentuk hirarki
kebutuhan dari yang terendah sampai yang tertinggi serta kebutuhan yang
telah terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku. Ada
lima jenjang kebutuhan dalam hirarki kebutuhan Maslow, yaitu :
- Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self-actualization needs)
- Kebutuhan harga diri (esteem needs)
-Kebutuhan sosial (social needs)
-Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs)
-Kebutuhan fisiologis (phisiological needs)
2. Teori motivasi pemeliharaan Herzberg / teori motivasi higienis
Umumnya karyawan baru memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat
kebutuhan lebih rendah dalam pekerjaan pertama mereka, terutama rasa
aman, bila telah terpuaskan akan memenuhi tingkat yang lebih tinggi,
seperti kebutuhan inisiatif, kreatifitas dan tanggung jawab.
Ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dalam
organisasi, yaitu kepuasan kerja (job satisfaction) yang mempunyai
pengaruh pendorong prestasi dan semangat kerja serta ketidak puasan
kerja (job dissatisfaction) yang pengaruhnya negatif. Disini dibedakan
antara motivator dan faktor-faktor pemeliharaan (higienic factors =
dissatisfiers). Motivator mempunyai pengaruh meningkatkan prestasi atau
kepuasan kerja, sedang faktor pemeliharaan mencegah merosotnya semangat
kerja. Faktor-faktor dalam teori motivasi pemeliharaan meliputi :
-Pekerjaan yang kreatif dan menantang
-Prestasi
- Penghargaan
-Tanggungjawab
- Kemungkinan meningkat
- Kemajuan
2 . Teori – Teori Proses
Teori – Teori Proses
Berkenaan dengan bagaimana perilaku timbul dan dijalankan. Adapun teori-teori yang berkenaan dengan teori-teori proses yaitu :
- 1. Teori Pengharapan (Expectancy theory)
Dimana individu diperkirakan akan menjadi pelaksana dengan prestasi tinggi bila :
- Kemungkinan usaha mereka mengarah ke prestasi yang tinggi.
- Kemungkinan mencapai hasil yang menguntungkan.
Hasil-hasil tersebut akan menjadi pada keadaan keseimbangan, penarik efektif bagi mereka.
-Menurut Victor Vroom (teori nilai pengharapan Vroom) orang dimotivasi untuk bekerja bila :
- Usaha-usaha yang ditingkatkan akan mengarahkan ke balas jasa tertentu.
Menilai balas jasa dari hasil usahanya.
- 2. Pembentukan Perilaku (Operant conditioning)
Teori ini dikemukakan oleh B.F. Skinner yang didasarkan pada hukum
pengaruh (Law of Effect), bahwa perilaku yang diikuti dengan
konsekuensi-konsekuensi pemuasan cenderung diulang, sedang perilaku yang
diikuti konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang.
Ada empat teknik yang dapat digunakan manajer untuk mengubah perilaku bawahan, antara lain :
1. Penguatan positif, bisa primer maupun sekunder.
2. Penguatan negatif, individu akan mempelajari perilaku yang membawa
konsekuensi tidak menyenangkan dan menghindarinya di masa mendatang.
3. Pemadaman, dilakukan dengan peniadaan penguatan.
4. Hukuman, manajer mengubah perilaku bawahan yang tidak tepat dengan pemberian konsekuensi-konsekuensi negatif.
- 3. Teori Porterm Lawyer
Merupakan teori pengharapan dari motivasi dengan versi orientasi masa
mendatang dan menekankan antisipasi tanggapan atau hasil. Dasarnya yaitu
kemungkinan usaha pengharapan yang dirasakan, usaha yang dijalankan,
prestasi yang dicapai, penghargaan yang diterima, kepuasan yang terjadi
dan mengarahkan ke usaha dimasa yang akan datang. Model pengharapan
menyajikan sejumlah implikasi bagi manajer tentang bagaimana seharusnya
memotivasi bawahan dan implikasi. Implikasi ini mencakup :
1. Pemberian penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan bawahan.
2. Penentuan prestasi yang diinginkan.
3. Pembuatan tingkat prestasi yang dapat dicapai.
4. Hubungan penghargaan dengan prestasi.
5. Penganalisaan faktor-faktor yang bersifat berlawanan dengan efektifitas penghargaan.
6. Penentuan penghargaan yang mencukupi.
Implikasi bagi organisasi adalah :
1. Sistem penghargaan yang dapat memotivasi perilaku.
2. Pekerjaan dibuat sebagai pemberian penghargaan secara intrinsik.
3. Atasan langsung mempunyai peranan penting dalam proses motivasi.
- 4. Teori Keadilan
Orang akan selalu membandingkan antara masukan dalam bentuk pendidikan,
pengalaman, latihan dan usaha dengan hasil atau penghargaan yang
diterima. Keyakinan tentang adanya ketidakadilan akan berpengaruh pada
perilaku pelaksana kegiatan. Faktor kunci bagi manajer yaitu mengetahui
apakah ketidakadilan dirasakan, bukan apakah ketidakadilan secara nyata
ada. Teori keadilan ini memberikan implikasi bahwa penghargaan harus
diberikan sesuai yang dirasa adil oleh individu yang bersangkutan.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar